Selasa, 15 September 2009

Gambir or GAMBIU (Bhs.Minang)

Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama sama (Uncaria gambir Roxb.). Di Indonesia gambir pada umumnya digunakan pada menyirih. Kegunaan yang lebih penting adalah sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna. Gambir juga mengandung katekin (catechin), suatu bahan alami yang bersifat antioksidan. India mengimpor 68% gambir dari Indonesia, dan menggunakannya sebagai bahan campuran menyirih.

Gambir dihasilkan pula dari tumbuhan U. acida

Pemerian tumbuhan

Tumbuhan perdu setengah merambat dengan percabangan memanjang. Daun oval, memanjang, ujung meruncing, permukaan tidak berbulu (licin), dengan tangkai daun pendek. Bunganya tersusun majemuk dengan mahkota berwarna merah muda atau hijau; kelopak bunga pendek, mahkota bunga berbentuk corong (seperti bunga kopi), benang sari lima, dan buah berupa kapsula dengan dua ruang

Budidaya

Gambir dibudidayakan pada lahan ketinggian 200-800 m diatas permukaan laut. Mulai dari topografi agak datar sampai di lereng bukit. Biasanya ditanam sebagai tanaman perkebunan di pekarangan atau kebun di pinggir hutan. Budidaya biasanya semiintensif, jarang diberi pupuk tetapi pembersihan dan pemangkasan dilakukan. Di Sumatra kegiatan penanaman ini sudah mengganggu kawasan lindung.

Produk


Gambir adalah ekstrak air panas dari daun dan ranting tanaman gambir yang disedimentasikan dan kemudian dicetak dan dikeringkan. Hampir 95% produksi dibuat menjadi produk ini, yang dinamakan betel bite atau plan masala. Bentuk cetakan biasanya silinder, menyerupai gula merah. Warnanya coklat kehitaman. Gambir (dalam perdagangan antarnegara dikenal sebagai gambier) biasanya dikirim dalam kemasan 50kg. Bentuk lainnya adalah bubuk atau "biskuit". Nama lainnya dalah catechu, gutta gambir, catechu pallidum (pale catechu).

Daerah penghasil utama adalah Sumatra bagian tengah dan selatan. Harga jualnya di tingkat petani per kg adalah IDR5.000 hingga IDR20.000; di pasaran ekspor harganya berkisar dari USD1,46 hingga USD2,91. Ekspor gambir juga menunjukkan pertumbuhan yang baik.

Umumnya, gambir dikenal berasal dari Sumatera Barat. Terutama dari Kabupaten 50 Kota,Pesisir selatan(kec koto XI Tarusan Desa siguntur muda). Sebagai sentra penghasil gambior, Kabupaten 50 Kota merupakan lokasi yang strategis dan cocok untuk investor perkebunan.

Kegunaan

Kegunaan utama adalah sebagai komponen menyirih, yang sudah dikenal masyarakat kepulauan Nusantara, dari Sumatra hingga Papua sejak paling tidak 2500 tahun yang lalu. Diketahui, gambir merangsang keluarnya getah empedu sehingga membantu kelancaran proses di perut dan usus. Fungsi lain adalah sebagai campuran obat, seperti sebagai luka bakar, obat sakit kepala, obat diare, obat disentri, obat kumur-kumur, obat sariawan, serta obat sakit kulit (dibalurkan); penyamak kulit; dan bahan pewarna tekstil.

Fungsi yang tengah dikembangkan juga adalah sebagai perekat kayu lapis atau papan partikel. Produk ini masih harus bersaing dengan sumber perekat kayu lain, seperti kulit kayu Acacia mearnsii, kayu Schinopsis balansa, serta kulit polong Caesalpinia spinosa yang dihasilkan negara lain.

Kandungan

Kandungan yang utama dan juga dikandung oleh banyak anggota Uncaria lainnya adalah flavonoid (terutama gambiriin), katekin (sampai 51%), zat penyamak (22-50%), serta sejumlah alkaloid (seperti gambirtannin dan turunan dihidro- dan okso-nya.[2] Selain itu gambir dijadikan obat-obatan modern yang diproduksi negara jerman, dan juga sebagai pewarna cat, pakaian.

Penyebaran

Bila ditinjau dari ketersediaan lahan di Sumatera Barat maka terlihat adanya keterbatasan. Sekitar 60 persen dari lahan yang ada merupakan perbukitan dan lahan miring dan 15 persen saja yang telah disepakati untuk lahan pertanian. Secara keseluruhan hanya tersedia sekitar 450000 ha lahan yang potensial untuk perluasan tanaman perkebunan.

Di Sumatera Barat tanaman gambir tumbuh dengan baik didaerah Limapuluh Kota, Pesisir Selatan dan daerah tingkat II lainnya. Di Kabupaten Limapuluh Kota sebanyak 11937 Ha dengan produksi 7379 ton pertahun. Di Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 2469 Ha dengan produksi 688 ton pertahun dan Kabupaten lainnya seluas 175 Ha yang sebahagian besar belum berproduksi.

Luas diatas potensial dan memenuhi skala ekonomi untuk dikembangkan. Jumlah unit usaha pengolahan gambir di Sumatera Barat tercatat sebanyak 3571 unit dengan tenaga kerja 6908 orang dan investasi Rp 1029614000. Data produksi gambir di Sumatera Barat sebenarnya belum tersedia dengan lengkap, khususnya untuk konsumsi dalam negeri. Bila berpedoman kepada angka produksi tahun 1997 dan angka ekspor pada tahun yang sama maka 98 persen produksi gambir diekspor dan 2 persen dikonsumsi dalam negeri.

Di negara lain juga ada produk sejenis gambir yang ditawarkan seperti tannin dari kulit kayu Acacia mearnsii, kayu Schinopsis balansa. Pada tahun 1983 diproduksi 10000 ton perekat berbasis tannin Acacia mearnsii di Afrika Selatan. Di New Zealand telah mulai produksi tiap tahunnya 8000 ton perekat berbasis tannin dari kulit kayu Pinus radiata. Di Peru diproduksi Tara tannin dari kulit buah Caesalpinia spinosa yang juga akan dijadikan bahan baku perekat.

Prospek gambir sebagai bahan baku perekat untuk bahan berbasis kayu atau bahan berlignosellulosa lainnya terlihat ada. Sebagai langkah awal penulis telah mendaftarkan paten pada Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan judul “Proses gambir sebagai bahan baku perekat dengan nomor P 00200200856” dengan memanfaatkan insentif dari Kementerian Riset dan Teknologi.

Gambir dapat juga dijadikan sebagai bahan baku utama perekat perekat kayu lapis dan papan partikel. Bila gambir yang diekspor tersebut digunakan sebagai bahan baku perekat kayu lapis didalam negeri maka baru akan memenuhi kebutuhan tiga pabrik kayu lapis yang berkapasitas 5000-6000 m3/bulan. Hal ini akan masih tetap terlalu sedikit dibanding kebutuhan pabrik kayu lapis dan papan partikel yang ada di Pulau Sumatra. Dan gambir dapat diolah didalam negeri menjadi bentuk yang lain dari sekarang, seperti bentuk biskuit dan tepung gambir sesuai dengan permintaan pasar dunia. Negara India saja membutuhkan gambir sebanyak 6000 ton pertahun. Terlihat bahwa prospek luar negeri masih terbuka.

Ditinjau dari aspek konservasi ditemui juga penanaman pada lahan termasuk areal kawasan lindung dengan salah satu ciri kelerangan diatads 40 persen. Di Kabupaten Limapuluh Kota terutama perkebunan gambir ada di Kecamatan Kapur IX, Mahat, Pangkalan Koto Baru dan Suliki Gunung Mas. Kapur IX merupakan kecamatan penghasil gambir terbesar (hampir 2/3 total produksi) dengan wilayah utama yaitu Nagari Sialang. Areal penanaman gambir tersebut sebahagian besar berasal pada Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Kampar Kanan dan DAS Mahat.

Berdasarkan peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK), fungsi kawasan hutan kedua Sub DAS tersebut adalah 64,30 persen sebagai kawasan lindung dan 35,70 persen sebagai kawasan yang boleh diusahakan (kawasan eksploitasi). Kawasan lindung tersebut terdiri dari 61,37 persen (204412 Ha) sebagai hutan lindung dan 2,93 persen sebagai hutan suaka alam.

tautan: http://id.wikipedia.org/wiki/Gambir

http://chestofbooks.com/health/herbs/O-Phelps-Brown/The-Complete-Herbalist/Gambir-Plant-Uncaria-Gambir.html

PROFIL KECAMATAN KAPUR IX

Kapur IX adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia. Kapur IX merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Lima Puluh Kota. Luasnya mencapai 723,36 km² dan merupakan kecamatan terujung dari Kabupaten Limapuluh Kota dengan penghasilan utama penduduknya dari perkebunan dan pertanian.

Daerah ini mempunyai Gambir yang berpotensi menjadi produk perkebunan ekspor yang utama. Produk perkebunan yang lain adalah karet, sawit, pinang, nilam, kulit manis, dan lain-lain, sedangkan produk pertanian berupa padi/beras, sayur mayur, dan lain-lain.

Kecamatan Kapur IX menurut data kependudukan tahun 2005, memiliki 25.981 jiwa penduduk, perimbangan laki-laki 13.332 jiwa dan perempuan 12.649 jiwa. Kepadatan penduduk di dengan kepadatan penduduk 35 jiwa per kilometer perseginya. Kecamatan ini mempunyai tujuh kenagarian dan 27 jorong.

Nagari di Kapur IX itu yaitu Sialang, Koto Lamo, Lubuak Alai, Muaro Paiti, Koto Bangun, Durian Tinggi dan Gelugur sebagai nagari terjauh (36 km) dari kantor kecamatan di Muaro Paiti. Nagari Sialang merupakan nagari terbesar di kecamatan ini dengan jumlah penduduk mencapai 6.019 jiwa. Nagari Sialang juga melahirkan banyak putera-puteri terbaik diantaranya adalah Dr A. Aziz Haily, MA (Pakar Otonomi daerah, menjabat Bupati selama dua periode 1990-2000, saat ini menjadi Guru Besar di IPDN dan UNPAD), Azwar Ches Putra (Pengusaha Nasional), Rades Wandri (Praktisi Teknologi Informasi), Bupati Rokan Hulu, dan sebagainya.

Batas Wilayah

* Sebelah Utara Berbatasan dengan Kabupaten Kampar Riau

* Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Bukit Barisan dan Gunung Omeh

* Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pasaman

* Sebelah Timur Berbatasan dengan Kecamatan Pangkalan Koto Baru

Dengan kondisi yang demikian Kecamatan Kapur IX berada pada tempat yang sangat Strategis. Namun belum didukung oleh sarana yang memadai seperti halnya Jalan raya yang masih banayk yang rusak.

Luas Wilayah per Nagari

Berdasarkan Peraturan daerah (Perda) Propinsi sumatera Barat Nomor 9 tahun 2000 yang dijabarkan melalui aturan pelaksanaannya dengan peraturan daerah Kabupaten Lima Puluh kota Nomor 01 tahun 2001, tentang pemerintahan Nagari maka kecamatan kapur IX yang semula terdiri dari 16 ( Enam belas) Nagari menjadi 7 nagari yaitu :


No

Nama Nagari

Luas (Km)

Jumlah Penduduk

1

2

3

4

5

6

7

MUARO PAITI

KOTO BANGUN

DURIAN TINGGI

SIALANG

GELUGUR

LUBUK ALAI

KOTO LAMO

95

91

83

117

128

106

62.36

5.382

3.751

3.364

6.019

2.573

3.143

3.113


Keadaan Topografi

Sesuai dengan keadaan dan kondisi geografis Kecamatan Kapur IX yang terletak pada perbukitan dengan kemiringan yang terjal, namun demikian sebagian juga mempunyai dataran rendah yang cocok untuk dijadikan lahan pertanian sawah, kolam, perkebunan holtikultura dengan tingkat kesuburan tanah sedang. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingginya keasaman (ph) tanah dengan curah hujan lebih kurang 1000 – 1500 mm / tahun.

a. Kondisi Alam

Seperti telah disinggung diatas bahwa kapur IX mempunyai mempunyai banyak lahan perbukitan juga dipenuhi oleh kekayaan alam sepertiUranium · Emas · Batu Bara · Minyak Tanah

Disamping memiliki hutan yang luas, sumberdaya tambang di Kecamatan Kapur IX juga mempunyai sumberdaya Air yang melimpah ruah diantaranya adalah :

. Batang Kapur dengan panjang kurang lebih 22,6 km
· Batang Mongan dengan Panjang kurang lebih 15 km
· Batang Mahat dengan Panjang Kurang Lebih 24,5 km
· Batang Paiti dengan Panjang Kurang Lebih 40 km

Iklim

Dengan ketinggian Kurang lebih 300 m dari permukaan laut keadaa suhunya tergolomng panas, berkisar antara 30 – 40 derajat celcius. Dengan kondisi cuaca yang demikian lahan / tanah yang ada sangat sesuai dan cocok untuk tanaman seperti Karet, gambir, pinang dan lainnya.

Orbitasi

Jarak Nagari dari Ibukota Kecamatan, Ibukota Kabupaten dan Ibukota Propinsi

Penggunaan Lahan Menurut Fungsinya

1. Pemukiman / Perkampungan : 880 Ha
2. Sawah : 1.250 Ha
3. Tegalan : 600 Ha
4. Perkebunan : 7.400 Ha
5. Kebun Campuran : 3.200 Ha
6. Hutan Lebat : 48.800 Ha
7. Hutan Belukar : 9.900 Ha
8. Lain – lain : 1.206

Pemukiman Penduduk

Jumlah Penduduk Kecamatan Kapur IX pada awal tahun 2008 tercatat sebanyak 27.343 jiwa ayng terdiri dari

Laki – laki 13.627 Jiwa

Perempuan 13.716 Jiwa

Sarana Sosial

· Masjid & Suarau 42 Buah
· Lapangan Olahraga 50 Buah
· Perkantoran 40 Buah


Sarana Pendidikan


· Taman Kanak – kanak 12 Buah
· Sekolah dasar 33 Buah
· SMP 4 Buah
· SMA 1 Buah


tautan :http://id.wikipedia.org/wiki/Kapur_IX

http://bobhenk.wordpress.com/2008/07/20/profil-kapur-ix/