Senin, 26 November 2018

MOTIVASI DARI SEORANG GURU KE MURIDNYA

sebuah renungan

Seorang Guru membuat garis sepanjang 1m di papan tulis, lalu berkata :

"Anak2, coba perpendek garis ini!"
Anak pertama maju ke depan, ia menghapus 20 cm dari garis itu menjadi 80 cm.

Sang Guru mempersilakan anak ke 2 Ia pun melakukan hal yang sama, sekarang garisnya tinggal 60 cm.

Anak ke 3 & ke 4 pun maju kedepan melakukan hal yang sama, hingga garis itu tinggal 20 cm.

Terakhir, seorang anak yang bijak maju kedepan. Ia tidak mengurangi garis yang sudah tinggal 20 cm, namun membuat garis baru sepanjang 120 cm, lebih panjang dr garis yg pertama

Sang Guru menepuk bahunya,
"Kamu memang bijak, untuk membuat garis itu menjadi pendek, tak perlu menghapusnya, cukup membuat garis lain yg lebih panjang, maka garis pertama akan menjadi lebih pendek dgn sendirinya."

Pesan Moral nya :
Untuk menjadi yang terbaik tak perlu menjatuhkan, menyingkirkan atau menjelekkan pihak lain. Cukup lakukan kebaikan yang lebih baik secara konsisten.

Biarkan waktu yang akan membuktikan kualitas kita.

"Permata akan tetap bersinar meskipun terpendam dalam lumpur yang gelap pekat."

*"Majulah Tanpa Menyingkirkan, Naiklah Tinggi Tanpa Menjatuhkan, Jadilah Baik Tanpa Harus Menjelekkan dan Jadilah Benar Tanpa Harus Menyalahkan Orang Lain"


Selamat hari Guru untuk bapak/ibu guru kita semua🙏🙏🙏🙏🙏

Senin, 19 November 2018

7 KEBIASAAN AGAR BERKONDISI BAIK

1. KEBIASAAN BERSYUKUR.
Bersyukur adalah kebalikan dari mengeluh. Dengan mengeluh, beban batin makin berat, batin makin tidak tenang, fokus hidup tertuju pada masalah-masalah, bukan pada upaya perbaikan. Jadi jangan hanya mengeluh. Hellen Keller yang terkenal itu, yang buta tuli sejak umur 2 thn, membuat pernyataan syukur sbb: "Aku bersyukur atas cacat yang kualami karena melalui cacatku ini aku menemukan diriku, pekerjaanku dan Tuhanku." Dengan bersyukur, bathin lebih tenang, fokus hidup tertuju pada upaya-upaya perbaikan, agar nasib jadi lebih baik.

2. KEBIASAAN BERPIKIR POSITIF.
Berpikir negatif sebagai antisipasi adalah sesungguhnya berpikir positif karena sejak awal ditujukan untuk kepositifan. Sedangkan berpikir negatif berawal dan berujung kenegatifan. Pikiran itu seperti tanah. Positif atau negatif itu seperti benih. Menanam benih positif pada pikiran menghasilkan ucapan dan tindakan positif, yang berlanjut pada kebiasaan-kebiasaan positif, karakter positif dan nasib positif.

3. KEBIASAAN BEREMPATI.
Berempati adalah kebalikan dari keegoisan. Biasakan menempatkan diri pada posisi orang lain, belajar melakukan apa yang anda ingin orang lain lakukan kepada anda, maka nasib baik lebih mudah hadir pada anda.

4. KEBIASAAN MENDAHULUKAN YANG PENTING.
Jangan biarkan diri terjebak pada hal-hal tidak penting, sehingga hal-hal penting terabaikan. Kebiasaan mendahulukan yang penting membuat hidup lebih efektif dan produktif sehingga memberi peluang lebih besar nasib baik terjadi.

5. KEBIASAAN BERTINDAK.
Banyak orang bermimpi, tapi tidak bertindak. Orang-orang sukses bertindak, bahkan berkali-kali sebelum mereka sukses. Tak akan ada hasil tanpa tindakan. Dengan bertindak, nasib baik lebih berpeluang besar terjadi dalam hidup.

6. KEBIASAAN MENABUR KEBAIKAN
Prinsip tabur tuai berlaku dalam kehidupan. Jika tidak ingin menuai keburukan, tabur kebaikan. Jika ingin nasib baik, tabur kebaikan.

7. KEBIASAAN JUJUR
Dengan jujur pada diri sendiri dan orang lain, hidup lebih nyaman dan dipenuhi kebaikan. Kalaupun kebaikan belum datang, nasib baik belum datang, namun musibah sudah menjauh.

Jumat, 16 November 2018

HAL KECIL, YANG DIBIASAKAN MENJADI SEBUAH KEPEDULIAN


Kisah berikut ini adalah tentang apa yang terjadi di rumah tangga. . .

Seorang putra tidak suka tinggal di rumah, karena Ayah dan Ibunya selalu ‘ngomel’; ia tak suka bila Ayahnya mengomelinya untuk hal-hal kecil ini. . .

"Nak,  kalau keluar kamar matikan kipas anginnya."

“Matikan TV, jangan biarkan hidup tapi tak ada yang menonton.

“Simpan pena di tempatnya,  yang jatuh ke kolong meja ”

Tiap hari dia harus ta'at pada hal-hal ini sejak kecil, saat bersama keluarga di rumah.

Maka tibalah hari ini, saat dia menerima panggilan untuk wawancara kerja. . .

“Dalam hati dia berkata: "Begitu  mendapat pekerjaan, saya akan sewa rumah sendiri. Tidak akan ada lagi omelan Ibu dan Ayah," begitu pikirnya.

Ketika hendak pergi untuk interview, Ayahnya berpesan:
“Nak, jawablah pertanyaan yang diajukan tanpa ragu-ragu.
Bahkan jika engkau tidak tahu jawabannya, katakan sejujurnya dengan percaya diri. . .” Ayahnya memberinya uang lebih banyak dari ongkos yang dibutuhkan untuk menghadiri wawancara. . .

Setiba di pusat wawancara, diperhatikannya bahwa tidak ada penjaga keamanan di gerbang. Meskipun pintunya terbuka, grendelnya menonjol keluar, dan bisa membuat yang lewat pintu itu menabrak atau bajunya tersangkut grendel
Dia geser grendel ke posisi yang benar, menutup pintu dan
masuk menuju kantor.

Di kedua sisi jalan dia lihat tanaman bunga yang indah. Tapi ada air mengalir dari selang dan tidak ada seorang pun disekitar situ. Air meluap ke jalan setapak.
Diangkatnya selang dan diletakkannya di dekat salah satu tanaman dan melanjutkan kembali langkahnya.

Tak ada seorang pun di area Resepsionis. Namun, ada petunjuk bahwa wawancara di lantai dua. . . Dia perlahan menaiki tangga.

Lampu yang dinyalakan semalam masih menyala, padahal sudah pukul 10 pagi. Peringatan Ayahnya terngiang di telinganya: "Mengapa kamu meninggalkan ruangan tanpa mematikan lampu !" Dia merasa agak jengkel oleh pikiran itu, namun dia tetap mencari saklar dan mematikan lampu.

Di lantai atas di aula besar dia lihat banyak calon duduk menunggu giliran.
Melihat banyaknya pelamar, dia bertanya-tanya, apakah masih ada peluang baginya untuk diterima ?

Diapun menuju aula dengan sedikit gentar dan menginjak karpet dekat pintu bertuliskan "Selamat Datang" .
Diperhatikannya bahwa karpet itu terbalik. Spontan saja dia betulkan, walau dengan sedikit kesal.

Dilihatnya di beberapa baris di depan banyak yang menunggu giliran, sedangkan barisan belakang kosong,
Terdengar suara kipas angin, Dimatikanya kipas yang tidak dimanfaatkan dan duduk di salah satu kursi yang kosong. . .

Banyak pria memasuki ruang wawancara dan segera pergi dari pintu lain. Sehingga tidak mungkin ada yang bisa menebak apa yang ditanyakan dalam wawancara.

Tibalah gilirannya, Dia masuk dan berdiri di hadapan pewawancara dengan agak gemetar dan pesimis. . .

Sesampainya di depan meja,  pewawancara langsung mengambil sertifikat, dan tanpa bertanya langsung berkata "Kapan Anda bisa mulai bekerja ?"

Dia terkejut dan berpikir, "apakah ini pertanyaan jebakan, atau tanda bahwa telah diterima untuk bekerja disitu ?"
Dia bingung.

Apa yang Anda pikirkan ?" tanya sang Boss lalu melanjutkan: "Kami tidak mengajukan pertanyaan kepada siapa pun di sini.
Sebab hanya dengan mengajukan beberapa pertanyaan, kami tak akan dapat menilai siapa pun.
Tes kami adalah untuk menilai sikap orang tersebut. . .
Kami melakukan tes tertentu berdasarkan sikap para calon. . .

Kami mengamati setiap orang melalui CCTV, apa saja yang dilakukannya ketika melihat  grendel di pintu, selang air yang mengalir, keset "selamat datang", yang terbalik, kipas atau lampu yang tak perlu. . .

Anda satu-satunya yang melakukan. Itu sebabnya kami memutuskan untuk memilih Anda ”

Hatinya terharu, dia ingat Ayahnya. . .
Dia yang selalu merasa jengkel terhadap disiplin dan omelan Ibu dan Ayahnya. Kini dia  menyadari bahwa justru omelan dan disiplin yang ditanamkan orang tuanyalah yang membuatnya diterima pada perusahaan yang diinginkannya. . .
Kekesalan dan kemarahan pada Ayahnya seketika sirna. . .

. . . hanya Anda satu-satunya yang melakukan apa yang kami harapkan dari seorang Manajer, maka kami putuskan menerima Anda bekerja disini. . .

Ayah, ma'afkan anakmu,  bisiknya dalam hati penuh rasa haru dan bersyukur.

Dia akan minta maaf kepada Ayahnya, dia akan ajak Ayahnya melihat tempat kerjanya. . .
Dia pulang ke rumah dengan bahagia. . .

Apapun yang orang tua katakan pada anaknya, adalah demi kebaikan anak-anak itu sendiri, untuk menyiapkan masa depan yang baik !

"Batu karang tidak akan menjadi patung yang indah bernilai tinggi, jika tidak dapat menahan rasa sakit saat pahat bekerja memotongnya".

Untuk menjadi pribadi  yang indah, kita perlu menerima dan mematuhi nasehat yang baik.
Kebiasaan baik akan muncul dari perilaku buruk yang dipahat dan dibuang dari diri kita. . .

Ibu menggendong anak di pinggangnya untuk memeluk, memberi makan dan untuk membuatnya tidur. . .

Tetapi Ayah mengangkat anak dan mendudukkan di pundaknya untuk membuatnya melihat dunia yang tidak bisa dilihat anaknya. . .

Ayah dan Ibu adalah pahlawan
yang kasih sayangnya, seperti layaknya guru yang mendampingi anak didiknya sepanjang kehidupan. . .

Perlakukanlah orang tua sebaik-
baiknya, agar jadi contoh dan bimbingan dari generasi ke generasi, yang menerima estafet kehidupan. . .

*untuk dibagikan ke orang tua dan anak-anak tercinta. . .
Semoga bermanfaat

Selasa, 06 November 2018

FROM GREAT PERFORMER TO GREAT LEADER

(Belajar dari Freddie Mercury dan Queen)

Minggu lalu saya sempat menonton film “Bohemian Rhapsody” bersama belasan sahabat saya. Menarik dan menyenangkan sekali melihat film bersama teman yang seusia (kami dulu pernah kuliah bersama di ITB angkatan 1986), dan mempunyai selera musik yang sama. Kami begitu excited bahkan kami menyablon kaos bertuliskan Queen. Kebayang betapa semangatnya kami pada saat film itu menampilkan replika concert concert Live-Aid Wimbledon 1985 (yang dihadiri 70,000 orang) di Imax theatre! A great experience.

Film itu sendiri membahas tentang Queen, band yang mendunia di masa lalu, dengan  lead vocalnya, Freddie Mercury (lahir sebagai Farrokh Bulsara). Di situ terlihat betapa dominannya peran seorang Freddie Mercury, sehingga fans pun mulai confused apakah mereka sebenarnya mencintai Queen atau mencintai Freddie Mercury. Bahkan akhirnya Freddie Mercury pun sempat membuat beberapa solo album. Puncaknya adalah pada saat akhirnya Freddie Mercury meninggal dunia, Queen pun mulai kehilangan rohnya , dan kharismanya pun meredup perlahan-lahan.

Ternyata banyak organisasi seperti itu. Real Madrid baru saja terpuruk setelah ditinggalkan Ronaldo ke Juventus. Manchester United sedang terseok-seok di papan tengah setelah ditinggalkan Alex Fergusson yang pensiun.

Dan sebenarnya hal yang sama terjadi di dunia bisnis.
GE performance turun sejak kehilangan Jack Welch. Nokia kehilangan rohnya sejak Jorma Ollila turun tahta.
Apple sedang diuji apakah mereka akan terus sukses semenjak ditinggalkan Steve Jobs. Dan Alibaba akan diuji karena Jack Ma baru saja mengumumkan bahwa dia turun tahta.

Jangan-jangan hal yang sama sedang terjadi pada anda dan tim yang anda pimpin.
Hal ini sering terjadi karena memang “menjadi leader itu ternyata berat” (biar aku saja, kata Dilan, he..he..he).
Pada saat anda (dan tim anda perform) semua orang sering terpukau dan kagum kepada anda (sebagai leadernya). Banyak yang lupa bahwa tanpa peran teamnya , seorang leader (sepinter apapun dia), tidak akan mampu berbuat apa-apa. Seperti halnya Jacky Chan yang tak akan mampu beracting (tanpa puluhan stunt man-nya).
Sindroma ini pun dialami oleh Queen. Seharusnya mereka benar-benar menjadi sebuah tim yang solid dan tidak bergantung hanya kepada Freddie Mercury.
Mestinya they rely to everybody in the team, and consider them as equally important.

Well, good bye Queen. Kami masih mendengarkan lagu-lagu kalian, tetapi tak akan ada lagi lagu baru yang kalian ciptakan atau kalian luncurkan.
Leadernya Queen, Nokia, Manchester United, Real Madrid, GE, adalah contoh-contoh leader yang tidak mampu mengubah phenomena “great performer” menjadi “great leader”.
Pada saat anda menjadi leader, fokusnya bukan pada anda, fokusnya pada team anda dan organiasasi anda.

Anda tidak akan selamanya berada di team itu (atau di organisasi itu). Apakah anda rela bahwa waktu anda tidak ada di situ lagi, kemudian teamnya (atau organisasinya) akan runtuh berantakan?
Credibility anda sebagai leader tidak hanya ditentukan pada saat anda masih memimpin, tetapi juga pada saat anda tidak ada di situ lagi.
Apakah anda menyiapkan sistem yang kokoh? Apakah anda mendidik calon pengganti anda? Dan apakah anda memastikan bahwa semuanya akan berjalan dengan baik setelah anda tidak di situ lagi?

Tanggung jawab seorang leader bukan hanya untuk mengembangkan bisnisnya, tetapi juga untuk mengembangkan teamnya. Dua-duanya sama penting!

Berarti sudah saatnya kita semua mengembangkan diri kita dari hanya sekedar “great individu”, menjadi “great leader”.
How to do it? Lets follow the recommendation bellow....

a) REDUCE YOUR EGO
First thing first, kurangi ego anda. Sebagai seorang leader anda tidak menjadikan kesuksesan anda pribadi sebagai yang paling penting. Yang paling penting adalah kesuksesan tim anda dan  kesuksesan bisnis anda. Jangan khawatir, nanti kesuksesan anda akan datang sendiri setelah kedua hal itu terjadi.

b) FIND COMMON PURPOSE
Temukan purpose yang sama. Temukan objective yang sama. Yang akan membuat tim anda selalu bersama sama dalam suka maupun duka. Tetap bertahan meskipun banyak tantangan dan hambatan, karena ada sesuatu yang akan dicapai bersama di balik masa-masa sulit itu.

c) IDENTIFY THE COMPLEMENTARY SKILLS SET

Catat skills yang dimiliki oleh setiap team member. Idealnya skills set para team member itu saling melengkapi. Jadi memang team itu mengandalkan kemampuan setiap anggota karena keunikan mereka masing-masing. Di sinilah kita saling menghargai karena kemampuan setiap anggota yang tidak dimiliki oleh anggota yang lain.

d) IDENTIFY YOUR POTENTIAL SUCCESSORS, DEVELOP THEM

Evaluasi mereka , tentukan siapa yang akan bisa menggantikan anda. Kembangkan , didik , latih dan jadilah coach yang baik bagi mereka.
Ingat pada saat anda individual performer anda dilihat dari performance anda. Pada saat anda menjadi leader, anda dilihat dari performance bisnis dan kemampuan anda mengembangkan tim anda.

e) CELEBRATE EVERY SINGLE SUCCESS
Last but not least, jangan lupa , celebrate every single success together. Jangan tunggu sampai akhir perjalanan, masih terlalu panjang.
Make every quick win counts, celebrate with them.

Jadi ingat ya, to transform ourselves from a great performer to a great leader, lets consider implementing the 5 steps bellow:

a) REDUCE YOUR EGO
b) FIND COMMON PURPOSE
c) IDENTIFY THE COMPLEMENTARY SKILLS SET
d) IDENTIFY YOUR POTENTIAL SUCCESSORS, DEVELOP THEM
e) CELEBRATE EVERY SINGLE SUCCESS


Salam Hangat

Copas dari kiriman HRD Division Head pagi ini