Senin, 19 April 2010

Tim "ROBOT" Merah Putih di Trinity College Hartford Amerika

Tim Merah Putih di Trinity College Hartford Amerika
oleh: epit@eepis-its.edu

Meski tidak berangkat bersama-sama, Tim Indonesia pertama yang terdiri dari Tim
Robot Berkaki
Institut Teknologi Bandung dan Tim Robot Beroda Unikom Bandung akhirnya bertemu
dengan
tim kedua dari Unesa yang juga akan berlaga di divisi beroda dan berkumpul
di Holiday Inn Hotel Hartford pada Jumat, 9 April 2010 pk.23:00 waktu Hartford.
Ketiga wakil ini
akan berlaga hari ini, Minggu 11 April 2010 mulai siang ini (tengah malam wib).

Tim ITB dengan robot The Power of Dreams mewakili Indonesia di divisi berkaki
setelah memenangi
gelar bergengsi sebagai juara nasional KRCI berkaki pada tahun 2009 kemarin,
sementara Unikom
memenangi gelar juara nasional KRCI 2009 divisi beroda dengan robotnya
DU-114-V10. Kedua tim
ini berangkat ke Amerika denga biaya sepenuhnya dari DIKTI karena juara nasional
KRCI beroda
dan berkaki memang dijanjikan untuk pergi ke Amerika pada tahun berikutnya.

Berbeda dengan tim Unesa, di kontes nasional tahun 2009 Unesa dengan robot DEWO
berhasil
menjadi juara di divisi Battle yang divisi ini tidak berafiliasi ke kontes robot
Trinity College Hartford
karena divisi Battle adalah pertandingan robot khas Indonesia sehingga tidak ada
kaitan langsung
anatara pemenang divisi Battle dengan kontes robot Trinity College.

Jadi, bagaimana bisa tim Unesa berangkat juga Amerika?

Adalah sebuah permintaan khusus pihak Unesa ke Dewan Juri KRI-KRCI 2009 kemarin,
bahwa
kemenangan mereka di divisi Battle ingin dimanfaatkan momentumnya untuk memajukan
dunia robotika di Unesa dengan mereka juga ikut ke Amerika. Bagaimana bida juara
Battle
ikut ke Amerika? Nah, karena Unesa ingin berangkat dengan biaya sendiri, dan
mengingat
momentum kemajuan dunia robotika di kalangan mahasiswa Unesa adalah alasan yang
tepat maka Dewan Juri memberikan jalan dengan cara: Silakan tim Unesa memodifikasi
robot battle-nya menjadi robot beroda dengan pertimbangan robot battle adalah
semata-
mata robot beroda yang berkemampuan khusus dilengkapi tangan.

Maka berangkatlah tim Unesa dengan biaya sendiri dengan tim besarnya yang
terdiri dari
5 anggota tim termasuk pembimbingnya dan tak kurang dari 5 jajaran pimpinan Unesa
yang ikut mendampingi.

Bagaimana peta kekuatan tim-tim pesaing?

Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest nampaknya memanglah tidak
seglamour
dan seresmi ABU Robocon jika dinilai dari sisi sebuah kontes robot internasional
karena
istilah "Home" memang mengindikasikan asal-muasal kontes adalah untuk lokal saja.
Tidak ada spanduk khusus (bahkan tidak ditemui satupun!) penyambutan tim-tim dari
luar negeri, pun juga tidak ada spanduk-spanduk besar yang menunjukkan adanya
sebuah robot kontes internasional. Dengan berlokasi di gedung olahraga (gym) di
dalam
lokasi kampus kontes ini makin kelihatan adem ayem saja dari luar.

Namun demikian, tidak kurang 8 negara mengirimkan wakilnya meski tidak jelas apakah
di tiap negara itu ada juga kotes nasionalnya seperti di Indonesia. Dengan
peserta yang
berasal dari Amerika, China, India, Indonesia, Portugal, Israel, Canada, dan Korea,
kontes ini masih kelihatan tetap Amerika karena mayoritas pesertanya adalah dari
Amerika. Banyak college-college kecil dari negara bagian Amerika ikut memeriahkan
ajang kontes ini. Jangan harap institusi besar seperti MIT atau Yale Univ. hadir
dalam
kontes ini. Satu-satunya "orang MIT" yang hadir adalah Prof. Neville Hogan sebagai
undangan utuk memberika keynote speech dalam salah satu acara pendukungnya.

Bagaimanapun nampaknya kontes ini bakal seru, terutama ketika tim Indonesia mulai
melakukan running test kemarin. Cukup membanggakan, karena juara-juara di negeri
kita ini mampu menunjukkan kelasnya sebagai wakil yang bisa diandalkan, selain
juga karena tim-tim lain (terutama yg berasal dari Amerika) banyak yg menampilkan
robot "ala kadarnya".

Makin seru juga karena tim China nampaknya berambisi menguasai divisi beroda
dengan robot-robotnya yang luarbiasa cepat (ringan, berbentuk seperti mainan
tamiya,
dan semuanya menggunakan sensor inframerah seperti GPD buatan Sharp yg tentu
saja membuat access time pengolahan sensornya menjadi supercepat).

Bagaimana kans Indonesia ?
Kita berharap tim-tim Indonesia mampu meraih poin, terutama tim berkaki ITB yang
banyak mendapat pujian ketika melakukan runing test kemarin. Bentuk hexapod yg
cantik dan kemampuan manuver yang cepat nampaknya membuat tim-tim pesaing
memajang muka was-was. Siapa saingan beratnya? China!

Hartford, 11 April 2010 07:07am
Endra Pitowarno